Efek dari nyari momen yang pas adalah kita jadi kelamaan di pantai. Hasilnya, kita rombongan terakhir yang balik dari sana. Mana saat itu udah gelap, sepi pula.
Saya yang notabene orangnya parnoan, ngga mau ambil posisi belakang. Saya menderita paranoid sama makhluk halus. Paranoid tuh ngga jauh beda sama penderita Obsessive Compulsive Disorder dan Dissociative Identity Disorder. Susah disembuhin kalau ngga ada kemauan.Keren kan gue, tau istilah kayak gituan haha
Jangankan jarak tanjung barat—penginapan, jarak 20m aja kalo itu tempat gelap dan sepi saya ngga mau di belakang. Ngga mau ambil resiko. Ini udah jauh, ngelewatin kebon, lapangan, pohon-pohon besar, sekolahan, kantor desa. See? Tempat-tempat sepi semua euy~
Diperjalanan saya liat ke depan terus. Ngga ada nyali tengok kanan kiri, takut ada yang berubah. Keingetan quotes di cerita misteri—apa yang kamu lihat di siang hari, ngga selalu sama di malam hari—hiii merinding.
Saat itu ngga terjadi apa-apa sih. Saya doang yang ketakutan jadi menderita sendiri. Apapun yang saya liat waktu itu seakan seperti ilusi. Meskipun berusaha ngelak, tetap aja akan terlihat. Karena pandangan kita berdispersi 180°. Mau kita fokus ke depan, selalu aja ada yang bisa terlihat sekalipun itu samar.
Contohnya waktu lewat kebun, dari jauh kelihatan seperti pocong duduk, pas deket ternyata karung . Ada lagi, saya seperti melihat anak kecil berdiri di pinggir, botak, gelap. Pas dilihat lagi ternyata hanya kayu yang hampir jadi arang, yang emang bentuknya menyerupai.
Untungnya ngga sampai lama—ngga ngitungin berapa menitnya—hati langsung tenang ketemu banyak orang dan warga sana.
Saya yang notabene orangnya parnoan, ngga mau ambil posisi belakang. Saya menderita paranoid sama makhluk halus. Paranoid tuh ngga jauh beda sama penderita Obsessive Compulsive Disorder dan Dissociative Identity Disorder. Susah disembuhin kalau ngga ada kemauan.
Jangankan jarak tanjung barat—penginapan, jarak 20m aja kalo itu tempat gelap dan sepi saya ngga mau di belakang. Ngga mau ambil resiko. Ini udah jauh, ngelewatin kebon, lapangan, pohon-pohon besar, sekolahan, kantor desa. See? Tempat-tempat sepi semua euy~
Diperjalanan saya liat ke depan terus. Ngga ada nyali tengok kanan kiri, takut ada yang berubah. Keingetan quotes di cerita misteri—apa yang kamu lihat di siang hari, ngga selalu sama di malam hari—hiii merinding.
Saat itu ngga terjadi apa-apa sih. Saya doang yang ketakutan jadi menderita sendiri. Apapun yang saya liat waktu itu seakan seperti ilusi. Meskipun berusaha ngelak, tetap aja akan terlihat. Karena pandangan kita berdispersi 180°. Mau kita fokus ke depan, selalu aja ada yang bisa terlihat sekalipun itu samar.
Contohnya waktu lewat kebun, dari jauh kelihatan seperti pocong duduk, pas deket ternyata karung . Ada lagi, saya seperti melihat anak kecil berdiri di pinggir, botak, gelap. Pas dilihat lagi ternyata hanya kayu yang hampir jadi arang, yang emang bentuknya menyerupai.
Untungnya ngga sampai lama—ngga ngitungin berapa menitnya—hati langsung tenang ketemu banyak orang dan warga sana.
Komentar
Posting Komentar