Langit sore nampak begitu indah, berwarna jingga dihiasi oleh burung-burung yang hendak pulang ke sarang. Sebentang lukisan alam itu menunjukkan betapa besarnya karya dari sang pencipta.
Dibangku panjang pinggir taman, seorang gadis umur 20 tahunan tengah menatap senja di hari itu. Dia tidak terlihat menikmati matahari terbenam, tapi murung dan tak bersemangat. Sebelum itu ia baik-baik saja, sampai ada telefon dari teman kelasnya yang membuat moodnya turun.
"Seohyun-ah. Hari ini tidak ada kelas. Siwon bilang Bae songsaengnim sedang keluar kota"
Dia masih ingat bagaimana Amber, temannya itu terdengar bernapas lega setelahnya. Amber bersyukur berkali-kali karena kebetulan belum menyelesaikan pe-er dari Bae songsaengnim.
Tapi tidak dengan Seohyun. Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Amber, dia langsung tertunduk lemas dan duduk di bangku taman sampai detik ini.
Alasannya bukan karena dia telah mengerjakan semua pe-ernya dan ia merasa di rugikan. Bukan itu. Tetapi ada satu alasan lucu yang bisa jadi bukanlah hal yang penting.
Malam itu ia tidak akan bertemu Kyuhyun.
Tidak ada jadwal ke kampus, berarti tidak bertemu Kyuhyun. Entah seberapa penting arti Kyuhyun baginya. Sampai tak melihatnya, bisa membuat Seohyun sedikit frustasi.
Ini sudah hari ke empat, Seohyun tidak bertemu dengannya. Dua hari kemarin, sabtu minggu, kampus libur. Sedangkan jum'at-nya, Kyuhyun tidak masuk. Kata Changmin, Kyuhyun sakit.
Ya, Kyuhyun sakit.
Dan yang terbayangkan oleh Seohyun saat itu adalah Kyuhyun memakai berlapis-lapis jaket penghangat, disuapi sup oleh ibunya, dan Kyuhyun sendiri sibuk menggerakan mouse menebas lawan-lawan di game komputernya. Hahah itu sangat lucu.
Ia merindukkan Kyuhyun? itu pasti. Tapi, percaya tidak setiap Seohyun telah bertemu dengan Kyuhyun, ia tak melakukan apapun.
Kyuhyun jauh, Seohyun merindukannya. Tapi setelah dekat, Seohyun tak berani melihat wajahnya. Aneh bukan?
Getaran di tas membuyarkan lamunan Seohyun. Ponselnya memberitahu akan panggilan masuk. Belum 3 detik berlalu, Seohyun terperanjat melihat nama pemanggil yang tertera jelas di layar ponselnya.
Cho Kyuhyun.
Dengan cepat ia meletakkan ponsel di telinganya dan mengantisipasi indra dengarnya dengan baik. Walau saat itu ia tengah mengalami peningkatan mood yang drastis. Jantungnya terasa berdegup dua kali lebih cepat.
"Yoboseyo.." Seohyun mengatur suaranya agar nampak normal.
Tidak ada jawaban dari seberang. Seohyun cemberut, memikirkan kemungkinan buruk. Kali-kali panggilan itu tidak sengaja. Atau Kyuhyun yang salah pencet nomor.
"Yoboseyo, Kyuhyun-ssi?" ulang Seohyun
"Selamat sore. Bisa bicara dengan Seo Joohyun?" suara Kyuhyun terdengar sok formal. Seohyun tersenyum manis.
"Iya saya sendiri. Ada apa Kyuhyun?"
"Kau dimana?"
"Di taman dekat perempatan lampu merah. Waeyo?" Seohyun mengernyit heran. Buat apa Kyuhyun nanya-nanya keberadaannya sekarang?
"Lampu merah? Mau mangkal dulu ya Seo? Hahaha" terdengar gelak tawa Kyuhyun. Lelucon akan banci jalanan itu sama sekali tidak membuat Seohyun tersinggung. Justru ia juga ikut tertawa tanpa suara.
"Sial kau, Kyuhyun" jawab Seohyun pura-pura marah.
"Malam ini Bae songsaengnim tidak datang kan. Bagaimana kalau kita tetap ke kampus?" jeda Kyuhyun sebentar kemudian melanjutkan "Kita selesaikan soal-soal bersama. Kau tau angin dari mana aku jadi semangat belajar seperti ini? Entahlah. Bagaimana?"
"Baiklah" sahut Seohyun tanpa pikir dua kali. Belajar bareng Kyuhyun? Orang paling pinter dikelas! Kapan lagi? Sekalian menghapus kerinduannya dengan bertemu si maniak game itu. Serius, ini berlebihan bukan?
"Kau sekarang dimana?" tanya Seohyun balik
"Aku ada di parkiran. Kau ajak Yesung juga ya, aku tak ada nomornya"
Bagus. Setidaknya Seohyun tidak akan jadicanggung karena hanya belajar berdua saja dengan Kyuhyun.
"Baik. Kita bertemu di perpustakaan ya"
"Oke. Sampai jumpa~"
Seohyun segera mengakhiri telfonnya. Tak butuh waktu 5 menit, semangatnya seperti terkumpul kembali lagi secara utuh. Semua karena Kyuhyun.
Tidak. Semua ini karena Tuhan lewat perantara Kyuhyun. Ia memanjatkan syukur atas-Nya.
Seohyun mulai berjalan menuju kampus. Namun baru beberapa langkah, dia berbalik, menyusuri pandangannya ke arah bangku taman tadi sementara matahari yang sudah mulai tak nampak.
Ia akan mencatat semua memori itu. Bangku taman dan senja dihari senin, itu pertama kalinya Kyuhyun menelfon dirinya. Ia tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
THE END
Dibangku panjang pinggir taman, seorang gadis umur 20 tahunan tengah menatap senja di hari itu. Dia tidak terlihat menikmati matahari terbenam, tapi murung dan tak bersemangat. Sebelum itu ia baik-baik saja, sampai ada telefon dari teman kelasnya yang membuat moodnya turun.
"Seohyun-ah. Hari ini tidak ada kelas. Siwon bilang Bae songsaengnim sedang keluar kota"
Dia masih ingat bagaimana Amber, temannya itu terdengar bernapas lega setelahnya. Amber bersyukur berkali-kali karena kebetulan belum menyelesaikan pe-er dari Bae songsaengnim.
Tapi tidak dengan Seohyun. Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Amber, dia langsung tertunduk lemas dan duduk di bangku taman sampai detik ini.
Alasannya bukan karena dia telah mengerjakan semua pe-ernya dan ia merasa di rugikan. Bukan itu. Tetapi ada satu alasan lucu yang bisa jadi bukanlah hal yang penting.
Malam itu ia tidak akan bertemu Kyuhyun.
Tidak ada jadwal ke kampus, berarti tidak bertemu Kyuhyun. Entah seberapa penting arti Kyuhyun baginya. Sampai tak melihatnya, bisa membuat Seohyun sedikit frustasi.
Ini sudah hari ke empat, Seohyun tidak bertemu dengannya. Dua hari kemarin, sabtu minggu, kampus libur. Sedangkan jum'at-nya, Kyuhyun tidak masuk. Kata Changmin, Kyuhyun sakit.
Ya, Kyuhyun sakit.
Dan yang terbayangkan oleh Seohyun saat itu adalah Kyuhyun memakai berlapis-lapis jaket penghangat, disuapi sup oleh ibunya, dan Kyuhyun sendiri sibuk menggerakan mouse menebas lawan-lawan di game komputernya. Hahah itu sangat lucu.
Ia merindukkan Kyuhyun? itu pasti. Tapi, percaya tidak setiap Seohyun telah bertemu dengan Kyuhyun, ia tak melakukan apapun.
Kyuhyun jauh, Seohyun merindukannya. Tapi setelah dekat, Seohyun tak berani melihat wajahnya. Aneh bukan?
Getaran di tas membuyarkan lamunan Seohyun. Ponselnya memberitahu akan panggilan masuk. Belum 3 detik berlalu, Seohyun terperanjat melihat nama pemanggil yang tertera jelas di layar ponselnya.
Cho Kyuhyun.
Dengan cepat ia meletakkan ponsel di telinganya dan mengantisipasi indra dengarnya dengan baik. Walau saat itu ia tengah mengalami peningkatan mood yang drastis. Jantungnya terasa berdegup dua kali lebih cepat.
"Yoboseyo.." Seohyun mengatur suaranya agar nampak normal.
Tidak ada jawaban dari seberang. Seohyun cemberut, memikirkan kemungkinan buruk. Kali-kali panggilan itu tidak sengaja. Atau Kyuhyun yang salah pencet nomor.
"Yoboseyo, Kyuhyun-ssi?" ulang Seohyun
"Selamat sore. Bisa bicara dengan Seo Joohyun?" suara Kyuhyun terdengar sok formal. Seohyun tersenyum manis.
"Iya saya sendiri. Ada apa Kyuhyun?"
"Kau dimana?"
"Di taman dekat perempatan lampu merah. Waeyo?" Seohyun mengernyit heran. Buat apa Kyuhyun nanya-nanya keberadaannya sekarang?
"Lampu merah? Mau mangkal dulu ya Seo? Hahaha" terdengar gelak tawa Kyuhyun. Lelucon akan banci jalanan itu sama sekali tidak membuat Seohyun tersinggung. Justru ia juga ikut tertawa tanpa suara.
"Sial kau, Kyuhyun" jawab Seohyun pura-pura marah.
"Malam ini Bae songsaengnim tidak datang kan. Bagaimana kalau kita tetap ke kampus?" jeda Kyuhyun sebentar kemudian melanjutkan "Kita selesaikan soal-soal bersama. Kau tau angin dari mana aku jadi semangat belajar seperti ini? Entahlah. Bagaimana?"
"Baiklah" sahut Seohyun tanpa pikir dua kali. Belajar bareng Kyuhyun? Orang paling pinter dikelas! Kapan lagi? Sekalian menghapus kerinduannya dengan bertemu si maniak game itu. Serius, ini berlebihan bukan?
"Kau sekarang dimana?" tanya Seohyun balik
"Aku ada di parkiran. Kau ajak Yesung juga ya, aku tak ada nomornya"
Bagus. Setidaknya Seohyun tidak akan jadicanggung karena hanya belajar berdua saja dengan Kyuhyun.
"Baik. Kita bertemu di perpustakaan ya"
"Oke. Sampai jumpa~"
Seohyun segera mengakhiri telfonnya. Tak butuh waktu 5 menit, semangatnya seperti terkumpul kembali lagi secara utuh. Semua karena Kyuhyun.
Tidak. Semua ini karena Tuhan lewat perantara Kyuhyun. Ia memanjatkan syukur atas-Nya.
Seohyun mulai berjalan menuju kampus. Namun baru beberapa langkah, dia berbalik, menyusuri pandangannya ke arah bangku taman tadi sementara matahari yang sudah mulai tak nampak.
Ia akan mencatat semua memori itu. Bangku taman dan senja dihari senin, itu pertama kalinya Kyuhyun menelfon dirinya. Ia tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
THE END
Komentar
Posting Komentar